KENANGAN PADA SEONGGOK PENDAR KUNANG-KUNANG














Kenangan pada seonggok Pendar Kunang-kunang
Oleh :


Orang-orang rajim yang bergerombol atau sendiri-sendiri, yang mengacak
malam karena melatai rawa likat dirinya; yang termangu bengkarung di
punggung batu menakar laut seberang yang mulai memilin ujung pantai
sumsum benua dadanya; yang bergegas menanak beras basah di belanga
mentah; yang menancapkan pancang tenda menerka pendar unggun itu
menyebar atau belum sampai ke lembah pemakaman. Seperti angin basil
menuba udara, dari belukar semak aku mencuat perlahan sewajar tenggelam
bulan. Kurasa mereka merasakan selintang bintang sedang turun berkenan,
menciut dan bertambah ringan. Kurasa mereka terpukau pada tarian
spiralku, makin tinggi mengerucut ikan, sekonyong-konyong menukik
kemudi. Seperti manuver albatros, pendar tubuhku, di zona horizon kosong
mereka, terbatun. Kurasa mereka menyigi rima ritualku yang benderang
terkadang, tiba-tiba redup bahkan padam seperti tubuh yang hilang. Namun
anginlah yang tengah menyamar udara yang paling lihai mengendus jejak,
yang tak pernah setia bahkan dalam gelap, kurasa mereka menjadi kawanan
anak serigala lapar dalam sarang induknya yang belum pulang. Taring
mereka akan mengait dan mencabikku hidup-hidup. Di luar, gelap yang
getah mengantukkan mereka dalam pori-pori uap, sedang pendarku
mengenyangkan yang terpendam dalam likat rawa. Hai orang-orang rajim
yang bergerombol atau sendiri-sendiri, betapa akut terang ini ingin
mengunyahku, seawan bulu-bulu hitam kalian yang diam rebah, yang legam
pasrah, yang malam kalah. Di sanalah, gelombang membiakkan nisan.














blalang_kupukupu

http://asharjunandar.wordpress.com






[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Situsnya Penulis! http://www.penulislepas.com :)

0 komentar:



Posting Komentar