KUMPULAN CERPEN (KUMCER) DAN DANGDUT


"Kumcer" dan Dangdut
-
- 04/02/2009 Telah Disimak 416 kali

Oleh: Chusnato

clara ng di pantai Clara NgTepat di tengah muramnya penerbitan kumpulan cerpen (kumcer), Clara Ng menyodorkan Malaikat Jatuh. Seperti juga musik dangdut yang sedang sepi order dan melorot dalam jumlah album dan hits, buku kumpulan cerpen juga sedang lesu darah.

***

Sejak kemunculan teenlit dan chicklit di awal 2000-an, gelagat pembaca kita kembali ke arah pembacaan narasi panjang. Ada dua kelompok penerbit besar menyebar benih itu, lalu ketika pembaca muda menagih bacaan yang lebih nendang, ternyata Laskar Pelangi dan Ayat-ayat Cinta lah jawabannya.

Menjelang tahun 2007, radang teenlit dan chicklit mulai reda. Di tengah perayaan keberaksaraan kita yang serba ringkas (SMS, blog, blog mini, testimonial di Friendster, wall di Facebook, dan bluku), ternyata ada juga novel-novel yang mengambil root dan influence dari kedua novel tadi. Belasan novel yang menjadi pengekor terbit di tengah sungsang-sumbelnya terbitan buku kumpulan cerpen.

Mencari judul baru buku kumpulan cerpen Indonesia saat ini mirip mencari buku kumpulan drama. Buku kumpulan puisi lebih selamat. Sejumlah penerbitan indie menyelamatkan buku kumpulan puisi karena basis komunitasnya yang patuh. Kita lebih mudah mendapatkan buku kumpulan puisi indie ketimbang buku kumpulan cerpen indie. (Mungkin, mencetak sendiri buku puisi akan lebih mudah dan murah ketimbang menerbitkan buku kumpulan cerpen yang relatif akan lebih tebal).

Clara Ng adalah pengecualian. Di tengah banyak pertanyaan ke mana para cerpenis papan atas yang selama ini wara-wiri muncul di rubrik seni budaya sejumlah koran nasional? Kemana cerpen-cerpen mereka setelah itu? Taruh kata angka kasar ada sekitar 23 harian nasional dan lokal masih menyediakan ruang bagi cerpen, mengapa dalam tiga tahun terakhir angka penerbitan buku kumpulan cerpen menurun begitu tajam. Baik dari penerbit raksasa di Jakarta, bahkan di sejumlah penerbit rumahan di Yogya, seperti enggan menerbitkan buku kumpulan cerpen. (Apalagi menerbitkan buku kumpulan cerpen dari nama baru).

Tabel pemantauan subyektif buku kumpulan cerpen, novel, dan puisi dan dalam sepuluh tahun terakhir
Tahun kumpulan cerpen novel puisi
1999 15 9 12
2000 17 13 16
2001 18 16 6
2002 22 18 10
2003 25 24 9
2004 23 28 11
2005 18 38 15
2006 15 45 17
2007 12 53 14
2008 7 47 13

Sumber: Data subyektif pemantauan buku Sriti Media untuk Sriti.com Januari 2009 oleh Taofik Hidayat berdasarkan pencatatan buku karya asli (bukan terjemahan) dan tunggal (bukan antologi bersama) serta bukan cetak ulang. Entry dikelaskan dalam tataran buku cerpen/novel/puisi dewasa. Baik penerbitan reguler yang didistribusikan secara mapan maupun karya indie.
*) novel yang dipantau adalah karya umum dan yang dengan tendens sastra.

Clara Ng justru yang menuai berkah dengan besutan buku kumpulan cerpen Malaikat Jatuh ( 2008) yang diterbitkan penerbit mapan. Clara Ng sendiri seorang penulis yang selama ini ngebut menulis sejumlah novel dan buku cerita anak. Beberapa judul buku anaknya mendapat penghargaan dari IKAPI. Sesekali cerpennya dimuat di sejumlah media. Dua novelnya, Gerhana Kembar dan Tea for Two, sebelumnya pernah diujicobakan sebagai cerita bersambung di harian Kompas. Dan novel terbarunya, Tea for Two baru saja terbit.

Sedikit berbeda dengan sejumlah novel karya Clara, Malaikat Jatuh lebih bertendens sastra. Ada unsur dongeng yang kental, meski tetap sisi keperempuanannya tetap ada. (silahkan baca ulasan buku “Rasa Clara” yang diresensikan oleh Anggoro Gunawan).

Seperti juga musik dangdut, kalaupun ada acara di televisi atau musik panggung dan “album baru” yang terbit, lagu/album yang benar-benar dangdut bisa dihitung dengan jari. Yang lebih mencorong saat ini adalah disko-dut yang mengolah kembali lagu pop menjadi dangdut di tengah lagunya. Semirip itulah buku kumpulan cerpen kita saat ini. Minimnya buku kumpulan cerpen dari cerpenis baru adalah fakta yang bisa sama-sama kita rasakan saat ini.

Mari ucap terimakasih pada Djenar Maesa Ayu yang setidaknya telah melahirkan kumpulan cerpen hits yang berjudul Mereka Bilang, Saya Monyet (GPU, 2002). Setelah itu penerbitan buku kumpulan cerpen terus mencari jawaban. Kehadiran Malaikat Jatuh seperti perayaan kecil di saat muramnya penerbitan buku kumpulan cerpen Indonesia, khususnya buku kumpulan cerpen yang cerpennya pernah diuji di koran. Meski belum menjadi debut yang mengesankan, terbitnya Malaikat Jatuh tetap patut dirayakan dalam penerbitan kumpulan cerpen setahun belakangan ini.

Mungkin begitulah nasib buku kumpulan cerpen saat ini. Semirip musik dangdut yang tengah lesu darah, buku kumpulan cerpen juga sulit menghasilkan hits. Dalam tataran industri hiburan, tiga tahun lalu saat mulai melorotnya pamor musik dangdut masih mending punya Trio Macan yang melahirkan hits / lagunya SMS dan Kucing Garong. Maka di saat yang nyaris sama kita akan kelabakan jika ada pertanyaan, “buku kumpulan cerpen apa yang paling hits selama tiga tahun terakhir?” *

Ambon, 31 Maret 2009
Chusnato


......

saya copy paste dari email yang masuk ke emilku dari penulislepas.com

pengirim artikel : Melvi Yendra (melvi_yendra@yahoo.com)

0 komentar:



Posting Komentar